Itu, yang diputar di Anteve, saban pukul 20.30 (yang entah kenapa saya rasa dimulainya pukul 20.40an). Sebelumnya, saya juga sudah lama ngefans sama cerita keturunan Kuru ini. Dulu, saat masih SD, sepulang sekolah, saya terburu pulang karena ingin segera menonton Mahabharata di TPI. Walaupun, bahkan di masa itu (jamannya visual effect masih wagu), saya yang masih begitu kecil acap kecewa pada VE di serial ini. FYI, sampai saat ini saya masih punya ambisi terpendam untuk menonton wayang semalam suntuk. Pengeeeen sekali, menikmati ceritanya dengan utuh dalam satu kesempatan tidak berjeda.
Semakin saya mencari, saya makin bingung. Apalagi karena lovers ataupun haters dari kedua tokoh ini, serius sekali. Keseriusan yang mendorong saya untuk curiga: sepertinya opini mereka tidak objektif. Seandainya obyektif pun, tetap saja hanya opini pribadi mereka (yang bisa muncul karena fantasi terpendam). Bukan data dari pengarangnya. Duh... Kalau saja, saya punya ilmu membalik masa atau mesin waktu, saya ingin pergi ke ruang pribadi Wiyasa. Saya akan menanyakannya sendiri kepada beliau.
#Belakangan, berdasar data yang semrawut, saya mengetahui kalau kemenangan Arjuna atas Karna di padang Kurusetra bukanlah semata prestasinya. Lebih merupakan arisan kebetulan (atas kutukan yang mengenai Karna) serta gotong royong Sri Kresna, Batara Indra dan Prabu Salya. Bahkan, Arjuna berhasil mengalahkan Karna sewaktu Raja Angga ini tidak bersenjata.
Kalau benar demikian, artinya memang lebih hebat Karna dibandingkan Arjuna dong. Dalam seni memanah lho. Arjuna hanya beruntung hingga bisa memperoleh gelar pemanah terbaik se-dunia itu. Kalau benar demikian, artinya cerita keampuhan Pandawa yang saya dengar dari kecil itu perlu direvisi dong.... Karena, bagaimanapun, saya percaya kalau yang terpenting bukan semata hasil (menang atau kalahnya) tapi juga prosesnya.
Kalau menang tapi karena bantuan (tetangga, kakek, nenek, atau handai tolan) ya sama saja boong. Bisa sih, kalau melihat dari cerita jagoan-jagoan model Power Rangers itu ( yang keroyokan melawan monster yang solo), dibilang bahwa bantuan-bantuan itu diberikan karena persona Arjuna. Jadi merupakan sisi positif(diri)nya juga yang menarik kemenangan (bantuan yang diperoleh). Bisa juga dibilang kemenangan itu takdir Ilahi.
Tapi rasanya kok saya masih kurang sreg. Yang bertanding kan, Arjuna dan Karna. Yang berhak menyandang gelar pemanah terbaik kan hanya mereka berdua. Yang semestinya terlibat dalam fair play kan hanya mereka berdua. Alasan mereka bertarung atau siapa sanak mereka kan fakta lain. Bukankah ksatria itu punya kepuasan jika bisa menang atas usahanya sendiri.
Ih, saya sudah menanyakan banyak senior terkait opini mereka. Semacam survei tidak ilmiah kecil-kecilan. Tapi jawaban yang saya peroleh tidak juga memuaskan. Karena kebanyakan menitik beratkan pada budi pekerti dan falsafah yang baik pasti menang dari yang jahat. Padahal, yang saya ingin tahu hanya siapakah pemanah terbaik di dunia: Karna atau Arjuna. Bukan siapa yang lebih mahir bermain semua senjata, bukan siapa yang lebih baik hatinya, bukan juga siapa yang lebih pintar bermain gasing. Hanya siapa yang paling jago memanah. Itu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar